VIVAnews - Kalangan industri merespons negatif
kenaikan harga gas di pasaran. Sementara itu, PT Perusahaan Gas Negara
Tbk membantah mengambil untung dari kenaikan itu, semata hanya merespons
naiknya biaya operasional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, meminta agar PGN dan pengusaha maupun kalangan industri duduk bersama untuk membahas permasalahan itu.
"Saya sudah minta untuk duduk sama-sama antara PGN dan pengusaha. Karena memang selama ini, gas itu harganya US$2 per juta British thermal unit (MMBTU), tapi sekarang PGN beli sudah di atas US$5 per MMBTU. Tapi, tidak boleh harga gas itu mematikan industri, karena industri adalah lapangan kerja," kata Hatta di Hotel Gran Melia, Jakarta, Sabtu 9 Juni 2012.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, meminta agar PGN dan pengusaha maupun kalangan industri duduk bersama untuk membahas permasalahan itu.
"Saya sudah minta untuk duduk sama-sama antara PGN dan pengusaha. Karena memang selama ini, gas itu harganya US$2 per juta British thermal unit (MMBTU), tapi sekarang PGN beli sudah di atas US$5 per MMBTU. Tapi, tidak boleh harga gas itu mematikan industri, karena industri adalah lapangan kerja," kata Hatta di Hotel Gran Melia, Jakarta, Sabtu 9 Juni 2012.
Menurut dia, pertemuan antara PGN dan pengusaha penting untuk mendapatkan solusi mengenai kenaikan harga gas.
"Saya minta untuk dibahas supaya ada win-win solution.
Diupayakan supaya industri tidak tutup, tapi industri juga harus
memahami harga gas tidak mungkin dipertahankan, karena belinya sudah
tinggi. Namun, tidak juga sekaligus harus gradual kenaikannya," ujar
Hatta.
Antisipasi inflasi karena kenaikan itu? "Kalau gas naik, tentu ada dampaknya ke inflasi. Tentu ini harus kami manage dengan baik," tuturnya.[]
Antisipasi inflasi karena kenaikan itu? "Kalau gas naik, tentu ada dampaknya ke inflasi. Tentu ini harus kami manage dengan baik," tuturnya.[]
Sumber: http://bisnis.vivanews.com
0 komentar:
Posting Komentar